Apa itu Lag Effect ?




Pada dasarnya dari kalimat yang terdapat dari Lag effect itu merujuk kepada sebuah ketidakefektifan potensial dalam kebijakan fiskal karena waktu yang dibutuhkan untuk mengenali masalah, menerapkan kebijakan yang tepat dan mempengaruhi perekonomian. Secara teori, pemerintah dapat secara efektif menggunakan kebijakan fiskal untuk mengelola perekonomian jika tahu persis apa pengganda fiskal untuk kebijakan tertentu dan jika dapat menerapkan kebijakan dengan segera hal ini akan dapat menghasilkan kenaikan atau penurunan yang tepat dalam permintaan agregat yang diperlukan untuk membawa perekonomian ke keseimbangan jangka panjang. Misalnya saja kita asumsikan semua orang setuju bahwa ekonomi sedang dalam resesi, maka dari beberapa di Kongres mungkin percaya bahwa ekonomi menunjukkan ciri - ciri pemulihan dengan sendirinya dan tidak akan melakukan apa pun untuk merangsang ekonomi. Yang lain mungkin mendukung pemotongan pajak untuk merangsang ekonomi dengan harapan kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi.

Dengan adanya sistem ini kemungkinan besar akan Membuat para ekonom dan pemimpin pemerintah menyetujui suatu tindakan atas kebijakan fiskal sehingga diharapkan kedepannya sanggup membuat ekonomi mungkin mengalami pemulih, oleh sebab itulah Lag effect merupakan suatu peristiwa dalam dunia finansial ketika terjadi keterlambatan dalam suatu tindakan. Ini terjadi entah dalam kondisi mengambil tindakan disaat meneliti suatu fenomena ekonomi maupun keterlambatan dalam mengambil tindakan solutif terhadap peristiwa ekonomi yang akan berdampak buruk terhadap perekonomian,Hal ini bisa terjadi ketika terjadinya beberapa tanda yang muncul seperti adanya peningkatan jumlah pengangguran dan tingginya inflasi yang secara samar sudah muncul. Namun, para pengambil kebijakan moneter dan fiskal belum secara penuh menyadari perubahan-perubahan ini yang berdampak terhadap keterlambatan dalam mengambil tindakan.maka dari itu Ketika terjadinya keterlambatan ini, maka biasanya efek yang ditimbulkan akan sangat parah. Coba bayangkan saja ketika inflasi secara mendadak langsung meningkat tajam karena kelalaian dari para pengambil kebijakan untuk merespon tanda-tanda yang muncul tersebut.

Mekanisme Lag Effect

didalam Keterlambatan atau jeda antara pengenalan masalah ekonomi dengan praktik penerapan kebijakannya bisanya akan berlangsung cukup lama bahkan sehingga bertahun-tahun, namun Ketika pemerintah sadar akan pokok masalah yang menyebabkan perekonomian terganggu dan kebijakan siap diterapkan untuk menceh agar tidak terlalu besar dampaknya kedepannya, dan ketika sebuah perekonomian sudah bergerak sehingga kebijakan tersebut sudah tidak produktif dan efektif lagi dalam mengatasi masalah ekonomi yang berkembang, sebenrnya Lag Effect sering terjadi karena para ekonom sering terlambat dalam meyakini kondisi perekonomian yang sedang terjadi, misalnya apakah ekonomi sudah bisa dikatakan dalam kondisi resesi, apakah inflasi yang sedang terjadi berlangsung dalam jangka pendek atau jangka panjang dan sebagainya.

Jenis Lag  Effect 

Sebenarnya kalo didalam kebijakan ekonomi itu ada beberapa jenis yang bisa kita aplikasikan didalam Lag Inside, sehingga ini merupakan konsep jarak waktu yang dapat menimbulkan masalah ekonomi sampai dengan sebuah kebijakan akan mulai diterapkan dari sinilah terbagi menjadi beberapa bagian yaitu. (Recognition lag)  Merupakan kondisi jarak waktu yang dimulai dari masalah sampai dengan pembuat kebijakan secara sadar kalau memang sebenarnya permasalah memang ada. (Decision lag) maksudnya disini mengenai tentang jarak waktu antara diketahuinya masalah dan ketika sebuah tindakan diputuskan.(Action lag) pada ketagori ini akan ada sebuah jarak waktu ketika sebuah keputusan kebijakan diambil sampai dengan keputusan dilaksanakan. (Lag Outside) untuk yang terakhir ini juga merupakan jarak waktu antara akan dimulainya diterapkannya sebuah kebijakan sampai dengan timbulnya masalah perekonomian lebih lanjut.

Sementara kalo dikaitkan pada konteks keuangan, sebenarnya kita bisa mendapati lag effect pada indikator yang digunakan oleh investor untuk memperdagangkan aset. Di mana sinyal pada indikator baru muncul setelah peristiwa itu terjadi. Misalnya terdapat cross moving average baru terjadi setelah harga naik, bukan sebelum harga naik. Begitu juga dengan MA yang menunjukan trend naik baru muncul setelah harga break garis MA, Makanya disini investor kerap menyebut indikator dalam perdagangan sebagai lagging indicator. hal ini jelas akan beda lagi pada konteks marketing. Pada marketing, lag effect didefisinikan sebagai keterlambatan efek iklan terhadap perilaku konsumen, yang bisa kita contohkan pada pabrik sepeda motor mengiklankan produk barunya mereka yang tergolong lebih terkualitas, desain elegan, dan irit bensin. dari sini, konsumen tidak serta merta langsung membeli produk baru tersebut, ada jeda waktu dulu hingga mereka tertarik oleh iklan dan memutuskan membeli sepeda motor baru tersebut, dari sinilah Lag effect pada marketing disebut juga sebagai advertising adstock atau advertising carry over.



Lag effect dalam ekonomi dan keuangan

Demikian juga lag effect dapat terjadi pada ekonomi dan finansinal, hal ini terjadi ketika terjadinya pertumbuhan perekonomian yang membuat beberapa saham bluechips mengalami peningkatan nilai saham. Peningkatan saham terhadap jenis saham bluechips ini biasanya akan berpengaruh terhadap indeks saham tersebut. Namun ketika terjadinya lag efect ini membuat adanya keterlambatan pasar dalam merespon kenaikan terhadap saham-saham bluechip yang tersedia di pasar ini.. Misalkan saja efek dari seringnya sebuah petinggi bank sentral mengumumkan rencana untuk menaikkan tingkat suku bunga, terus menerus diumumkan, namun pada akhirnya pengaruhnya ke pasar menjadi biasa saja. Mungkin shocking effect nya hanya sementara yang itu ketika pertama atau kedua kali diumumkan, secara perlahan para pelaku pasar akan merespon dengan mengikuti sentimen yang terjadi.

Berbeda kalau ada jeda waktu, misalkan ada rencana kenaikan suku bunga, ada jeda waktu beberapa minggu atau bulan dengan membaca dan menganalisis kembali indikator-indikator ekonomi lainnya yang dirilis pasca pengumuman rencana menaikkan suku bunga. Pada saat jeda waktu ini, pasar juga akan ambil ancang-ancang, dan menunggu bagaimana statement berikutnya yang akan dilontarkan. Jika sama, pasar akan semakin bereaksi kuat. dari sinilah akan muncul sebuah pertanyaan mengapa bisa seperti itu ? sebenarnya, ini karena adanya  pengaruh jeda waktu antara pengulangan infomasi sebelum tindakan benar-benar dilakukan. Semakin banyak waktu yang dilalui sebelum terjadi pengulangan informasi, maka semakin besar peluang kemungkinan kita untuk dapat mengkodekan informasi itu dalam memori seraya mengontekstualisasikannya dengan mekanisme yang bebeda, sehingga ada kesempatan yang lebh baik untuk dapatkan secara benar terharap mengingatnya dalam ingatan kita sehingga ini yang disebut dengan akun variabilitas kontekstual yang memiliki makna cukup luas tergantung dari aspek pemahamannya.



fenomena lag effect diindonesia

Saya pribadi lebih tertarik menyebut istilah dari kalimat lag effect tersebut sebagai sebuah fenomena kerana didalamnya memang terdapat sebuah intervensi kebijakan untuk menimbulkan tekanan dan pengaruh secara step by step yang arah dan tujuanya berupaya mempengaruhi situasi kestabilan dalam aspek keuangan , fiskal , moneter untuk memperkuat struktur perekonomian walaupun bagi pelaku dan intitusi pasar keuangan bisa menimbulkan dampak positif dan negatif. Sebagai ilustrasi untuk menjelaskan dan mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan sebuah fenomena lag effect bisa saya jelaskan lebih detail seperti pada contoh kasus dibawah ini.

untuk contohnya kita ilustrasi pada kasus yang pertama adalah terkait Kebijakan moneter yang di tempuh bank sentral ( Bank Indonesia) tentang penetapan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50% pada agustus 2021 lalu yang dianggap lebih rendah dari tahun sebelumnya tidak serta merta langsung direspon dan diikuti oleh lembaga perbankan di Indonesia karena penurunan suku bunga acuan akan berdampak pada berkurangnya tingkat kepercayaan nasabah bank dalam berinvestasi dalam bentuk tabungan deposito . Namun secara perlahan dan butuh proses waktu paling tidak 3 bulanan lembaga perbankan akan mengimplementasikan aturan kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate dengan ikut menurunkan suku bunga acuan secara perlahan kedepannya.

Terus untuk contoh selanjutnya pada kasus tentang pengesahan dan penerapan UU Cipta Kerja dinilai menjadi sentimen yang positif bagi pasar modal Indonesia, termasuk bisa mendongkrak kapitalisasi pasar. Dapat dijelaskan bahwa ketika Undang undang cipta kerja pertama kali disahkan hal ini sangat di tentang oleh kaum buruh di Indonesia karena dianggap cendrung mengeksploitasi hak hak para pekerja, namun disisi lain terbitnya undang undang cipta kerja sangat direspon positif oleh investor asing dan seiring waktu secara perlahan dampak sentimen positif yang ditimbulkan mulai dirasakan di pasar modal dimana aliran modal asing yang masuk ( capital flight) mulai terasa naik secara signifikan, memang untuk proses tersebut membutuhkan waktu dan jeda sehingga dimana dampak positifnya tidak langsung terlihat dan terasa pada saat itu namun akan diketahuai seiring berjalannya waktu.








*

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post